Profil


3 komentar:

Dari tinjauan sejarah, Blimbingsari merupakan pintu gerbang Banyuwangi sejak kabupaten ini masih berupa kerajaan Blambangan. Dalam catatan sejarah, setidaknya ada dua peristiwa penting dimana Blimbingsari berperan menjadi pintu gerbang.
Pertama, peristiwa pendaratan utusan dari Buleleng (Bali). Dalam babad blambangan diceritakan ketika Prabu Tawang Alun (raja Blambangan yang berkedudukan di Macan Putih) meninggal dunia terjadi suksesi kekuasaan ke tangan anaknya, Pangeran Sasranegara. Namun karena suksesi ini tanpa perundingan dengan sanak kelurga dan para sesepuh kerajaan, maka terjadi huru – hara yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Sasranegara. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1697.
Mendengar peristiwa itu, kerajaan Bali mengutus Gusti Made Karang Asem dan Gusti Gede Panji Kertanegara beserta 400 bala tentara dan 500 pasukan pemikul yang bertujuan untuk mengatasi huru – hara di Blambangan agar kembali aman seperti masa Prabu Tawang Alun. Gede Panji Kertanegara beserta 500 pasukannya mendarat di “pintu gerbang” Banyualit. Kemudian bersama dengan Gusti Made Karang Asem dan pasukannya yang mendarat di Watu Dodol menuju ke kerajaan Blambangan di Macan Putih.
Banyualit yang menjadi lokasi masuknya pasukan Bali ini merupakan daerah pelabuhan pada zaman kerajaan Blambangan. Banyualit ini sekarang berada di desa Blimbingsari. Tapi, Banyualit sendiri sekarang sudah terbagi menjadi dua dusun, yaitu dusun bentengan yang berbatasan lansung dengan selat bali dan dusun krajan yang menjadi lokasi lapangan terbang.
Setelah kunjungan kerajaan Bali tersebut, kerajaan Blambangan kembali normal dibawah kepemimpinan Prabu Danureja (putra Pangeran Sasranegara) dan Patih Pangeran Sutanegara. Peristiwa kedua yang terjadi di Blimbingsari (Banyualit) adalah pendaratan pasukan Belanda (VOC).
Pada tahun 1765/ 1766 para pedagang Inggris mulai melakukan aktifitas perdagangan di wilayah Blambangan, tepatnya di daerah Tirta Ganda. (sekarang adalah kampung Inggrisan di depan gesibu Blambangan, Kelurahan Kepatihan Kecamatan Banyuwangi). Aktifitas para pedagang Inggris ini menimbulkan “kecemburuan” VOC. Pada tanggal 23 maret 1766 pasukan VOC dibawah pimpinan Edwin Blanke mendarat di Banyualit. Pendaratan pasukan VOC di Banyualit inilah awal mula penjajahan di bumi Blambangan.
Dua peristiwa sejarah yang bermula dari pelabuhan Banyualit ( Blimbingsari ) inilah menjadi tonggak sejarah datangnya para penjajah ke Blambangan atau Banyuwangi.
Dari serangkaian sejarah terbentuknya Desa Banyualit yang berarti Aliran Sungainya yang kecil menjadi Desa Blimbingsari, pada saat itu kondisi masyarakat tidak begitu menguntungkan. Mengingat kondisi masyarakat parah maka para ulama’ ( Kyai Abdan dan Kyai Abdullah), tokoh-tokoh adat serta pemerintah sepakat mengganti nama Banyualit Menjadi nama Blimbingsari, dengan nilai filosofi lima sudut buah blimbing sebagai perwujudan dari nilai-nilai yang termaktub dalam rukun Islam, sehingga tidak menutup kemungkinan Blimbingsari dari dulu hingga sekarang terkenal dengan julukan Desa Santri.


By Alex

Saya sebagai warga blimbing sari mau coment nih tentang blognya bs, saya sebagai mahasiswa IT, kok tampilan blognya kurang menarik untuk dilihat?

maaf jika kurang menarik....hanya ini batas kemampuan kami mempromosikan desa tercinta,... jika ada saran kritik dan sekaligus solusi mohon petunjuk trima kasih....
maaf apalagi anda sebagai warga desa Blimbingsari dan mengerti IT harusnya mengerti kebutuhan desa.
" lebih baik berbuat dari pada tidak sama sekali "

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More